“Tuhan bersamamu!” seru P.O.D. kepada para penonton. Rambut gimbal, badan penuh tato, tapi melayani Tuhan dengan musik keras. Siapa P.O.D.?
HIP HOP dengan balutan trash metal dibumbui irama funk. Itulah musik mereka. Seru, dan kencang punya! Dan asal tahu saja, tiap hari mereka melayani Tuhan lewat musik kerasnya itu, dan kejadian ini sudah berlangsung sejak 1992! "Apakah kau bicara denganNya hari ini?" Itulah pertanyaan yang selalu muncul buat 4 personel P.O.D. ( Payable On Death ) di kala mereka melakukan pelayanan gereja disela-sela tur. "Ia bicara padaku tiap saat,” jawab Marcos Curiel sang gitaris tersenyum.
P.O.D. yang bermarkas di Southdown, San Diego, AS, merupakan grup metal ‘beriman’. Terdiri dari Sonny Sandoval (vokalis), Wuv Sandoval (drummer), Marcos Curiel (gitaris), dan Traa Daniels (bassist). Berdiri 1993, dengan debut album bertajuk King Of The Game yang dilepaskan oleh Papa Bernardo (ayah Wuv Bernardo dan paman Sonny Sandoval). Album mereka bernaung di bawah Rescue Records, perusahaan rekaman mereka pribadi. Tak terduga, album ini laris lebih dari 500.000 copies di Amerika. Sebetulnya, angka itu bukan angka luar biasa, terutama jika dibandingkan dengan angka penjualan album dari kelompok yang mengusung musik sejenis. Namun, P.O.D. bisa disebut meraih sukses luar biasa karena warna musik mereka berbalut lirik bernafaskan religi. Lewat sukses itu pula mereka lantas saja ditahbiskan sebagai best hard rock or metal group.
Pada 24 Agustus 1999, mereka merilis The Fundamental Elements Of Southtown dibiayai Atlantic Records. Sebelum menaiki panggung kelas internasional, mereka main di sembarang tempat. Mulai dari peternakan, tempat-tempat parkir, atau yang lebih elite sedikit: kedai kopi. Kini, setelah popularitas mengekor langkah mereka, tempat manggung pun jadi sempat berubah. Bahkan, mereka biasa bersepanggung dengan nama tenar seperti Green Day, Face To Face, Fu Manchu, Primus, Kid Rock, Cypress Hill, The Mighty Mighty Bosstones, KoRn dan Sevendust. Bahkan di Ozz Festival Juni kemarin, mereka beraksi lagi di panggung utama.
INSPIRASI DI JALUR TUHAN
Lantas, dari mana para pengusung musik keras itu mendapat inspirasi mengarahkan musiknya ke jalur Tuhan? Ternyata, semua itu bermula dari pengalaman para personelnya. Misalnya, Wuv Sandoval sang pemukul drum. Ia terlahir dari seorang ayah berumur 16, Noah ‘Papa’ Bernado. “Masa kecil saya seperti sebuah film,” kata Wuv. Suatu hari, saat sedang tiduran, tiba-tiba beberapa orang masuk ke dalam rumahnya secara paksa. “Mereka menodongkan pistol ke arah orang tua saya untuk mencari obat bius. Ayah saya memang 'pemakai'. Dengan ibu saya, ia tidak pernah akur dan saling benci. Karena kasar, ayah diusir dari rumah dan hidup di jalanan.”
Bernardo memang terkenal sebagai berandal. Tidak lama setelah menikah dengan Agnes, ibu Wuv, ia mengalami kecelakaan bersama temannya. Karena mereka mabuk berat, Datsun yang dikendarainya menghantam pohon. Bukannya takut, mereka malah tertawa dan tidak percaya kalau mereka masih hidup.
Dua kejadian tadi kemudian menjadi titik tolak dalam kehidupannya untuk menemukan Tuhan. “Saat benar-benar 'jatuh' ia terus memanggil namaNya,” kata Wuv. “Rambutnya dipotong, dan ia mulai membersihkan diri, padahal sebelumnya ia tak pernah memotong rambut selama 10 tahun, lalu ia kembali dan mengatakan pada semua orang bahwa ia adalah seorang Kristiani.”
Semua orang tetap berpikir yang tidak-tidak. Semua mengira ia mabuk. Lalu ia tinggal di pondokan kecil di belakang rumah kakek. Hampir tiap saat kita membaca Alkitab. Hal itu begitu menenangkan. “Padahal, Ayah saya tak tahu cara membaca, ia keluar dari sekolah umur 14 dan tidak meneruskan sekolah. Tapi Tuhan mengajarkan cara membaca Alkitab kata demi kata. Ia menyembuhkan keluarga saya. Setelah berpisah selama 1,5 tahun akhirnya orang tua saya bersatu lagi. Saya juga menginginkan Tuhan dalam hidupku.”
Lain lagi cerita Sonny Sandoval, sang vokalis yang sekaligus sepupu Wuv. Ia menemukan Tuhan di tempat parkir rumah sakit, saat menunggu ibunya yang menderita kanker. "Seminggu saya di rumah sakit dan nggak pernah mandi. Seluruh keluarga ada di sana, ibu saya sekarat. Tiap hari dokter-dokter itu bilang agar bersiap-siap, karena ibu saya tinggal tunggu waktu saja. Di hari Minggu ia datang lagi dan bilang bahwa ibu saya bertahan karena ia tak mau meninggalkan anak-anaknya sendirian.” Saya ingat perkataannya, “Kalau suatu saat aku mati, aku ingin sepenuhnya kamu juga masuk surga bersamaku.Dan saya sadar kalau selama ini ia bertahan karena saya. Lalu saat itu juga saya pergi ke tempat parkir, dan berdoa, 'Tuhan, Kau tidak pernah mengabulkan doaku sebelumnya. Saya tak tahu..............§
Baca artikel lengkapnya di NewsMusik 15/2000. PESAN